visibility:hidden
Sabtu, 03 Januari 2015

Suasana Pembelajaran di Kelas
Rasulullah SAW pernah melontarkan pertanyaan untuk membuka diskusi bersama para sahabat. Kata Rasulullah SAW, “Mengertikah kalian siapa yang termasuk bangkrut (muflis) di antara kalian?”. Ketika para sahabat mencoba menjawab bahwa muflis adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Rasulullah SAW mengatakan, “tidak“. Selanjutnya Rasulullah menjelaskan bahwa “Al-Muflis“ adalah orang yang datang menghadap Allah dengan membawa setumpuk pahala amal kesalehan (seperti shalat, puasa, zakat, haji, sedekah, dan sejenisnya), tetapi di balik itu semua ada pula sejumlah dosa dalam konteks hablumminannas yang belum sempat diselesaikan sebelumnya. 

Ketika setelah selesai hisab dan dinyatakan masuk surga, tiba-tiba ada seseorang yang menghadap Allah dan meminta keadilan agar haknya yang belum ia didapatkan di dunia diberikan sekarang sebelum orang itu masuk surga. Mengingat sudah tidak ada lagi kesempatan maaf-memaafkan, maka jalan satu-satunya adalah kebaikan orang yang telah dinyatakan masuk surga diambil sebagian dan diberikan sebagai tebusan atas kezaliman di dunia. Ternyata orang yang meminta haknya terus berdatangan, sampai seluruh amalnya habis. Akhirnya jalan keadilan terakhir adalah dosa orang yang memiliki hak itu ditumpahkan kepada orang yang awalnya mau masuk surga itu.

Guru Bangkrut
Kalau kita menganalogikan sabda Rasullullah Saw, guru yang muflis (bangkrut) bukanlah guru yang gagal sertifikasi atau guru yang SK-nya bertebaran dimana-mana. Guru muflis adalah guru yang menghadap Allah dengan segudang amal tetapi kemudian sebelum sang guru masuk surga, datang kepadanya murid-murid yang menuntut haknya. 
Murid datang bergerombol sejak tahun pertama sang guru mengajar sampai tahun terakhir. Tak hanya satu orang tetapi 200-an orang tiap angkatan. Angkatan pertama mengadukan sang guru karena haknya selalu diambil 10 menit setiap kali sang guru mengajar. Demikian juga angkatan kedua dan seterusnya. Karena puluhan ribu orang yang mengadu maka amal yang dibawa guru untuk menghadap Allah habis untuk memberikan hak para murid-murid yang belum dipenuhi semasa di dunia.

Kalau kita saksikan sekarang, kita sering jumpai teman-teman guru yang terlambat masuk kelas. Kalau keterlambatan guru masuk kelas karena jarak yang jauh antar kelas barang kali bisa dipahami. Tetapi kalau terlambat karena mengobrol, sms, atau aktivitas non akademis lain di ruang guru, tentu bagian dari kesengajaaan untuk tidak memberikan hak secara utuh kepada para siswa. Bagaimana kalau kita dituntut kelak di akhirat oleh siswa siswa kita ? Mari kita renungkan bersama.
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar

Boleh komentar asal dengan kata-kata yang sopan...!